Page 1 - MASJID GOWA
P. 1
MASJID KATANGKA GOwA SUlAwESI SElATAN
asjid Tua al-Hilal Katangka atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Katangka terdiri atas ruang utama (ruang salat), ruang peralihan/tambahan/serambi, dan halaman
berdiri kokoh di atas Bukit Bonto Biraeng, tepatnya di Jalan Syekh Yusuf No. 57 masjid. Tembok atau dinding masjid dengan ketebalan 120 cm terbuat dari susunan batu
MKelurahan Lakiung Kecamatan Sombu Opu Kabupaten Gowa, dengan posisi kurang merah dengan dua buah jendela berterali besi yang sangat kuat, pada masa penjajahan juga
lebih 3 km arah utara dari pusat Sungguminasa yang berbatasan dengan Kota Makassar berfungsi sebagai banteng pertahanan.
Sulwesi Selatan. Tiang Mimbar Masjid Katangka dilengkapi dengan aksesoris berupa sepasang tempat
Nama Masjid Katangka sendiri diambil menjadi nama masjid, konon karena beberapa lembing (namun disayangkan, lembing yang ada saat ini hanya replika saja). Konon, khat b
bagian masjid ini dibangun dengan menggunakan kayu Tangkasa atau pohon Katangka, yang yang akan menyampaikan khutbah dikawal dua orang berpedang menuju ke mimbar,
sangat besar dan lebat dan sering dipakai untuk tempat pertemuan kerajaan. Pada abad ke- dan dua orang yang memakai lembing untuk menghalau para jamaah salat yang biasanya
19, nama masjid ditambah menjadi Masjid Tua al-Hilal Katangka. Kata al-hilal sendiri diambil menyerbu teks khutbah, dengan keyakinan bahwa orang yang memakan atau menelan teks
dari Bahasa Arab yang berart bulan sabit. Namun nama Masjid Katangka lebih populer di khutbah ini akan menjadi kebal terhadap senjata tajam atau akan menjadi orang yang sakt .
masyarakat daripada nama yang ditambahkan di akhir. Di antara ciri khas masjid kuno dan bersejarah adalah adanya makam di kompleks masjid,
Beridirinya Masjid Katangka t dak lepas dari masuknya Islam ke bumi Gowa, sekitar tahun sebagaimana bisa disaksikan di Masjid Katangka Gowa. Lokasi Masjid ini juga merupakan
1602 atau 1603, saat Raja Gowa XIV I Mangerangi Daeng Manrabbia yang bergelar Sultan lokasi kompleks pekuburan raja-raja Gowa dan para kerabatnya, pendiri masjid dan para
Alauddin bersama Raja Tallo menjabat sebagai mangkubumi kerajaan Gowa I Malingkang pemuka agama, sepert I Mangerangi Daeng Manrabia dan Raja Tallo I Malingkaan Daeng
Daeng Manyonri yang bergelar Sultan Awalul Islam. Berdasarkan catatan sejarah ini pula, Manyonri serta raja Gowa XVI I Malombassi Daeng Mat awang Karaeng Bontomangape
masyarakat sekitar meyakini bahwa Masjid Katangka dibangun sekitar tahun 1603 M. (Sultan Hasanuddin).
Namun, dari empat inskripsi yang tertulis pada t ga pintu dan mimbar, terbaca bahwa Masjid Menurut catatan pengurus Masjid, pemugaran masjid kuno ini telah dilakukan sebanyak
Katangka dibangun pada abad XIX masehi. Konon, ket ga pintu memiliki fungsi masing- tujuh kali. Pertama, tahun 1816 saat Gowa diperintah oleh Rajanya yang ke-30, I Mappatunru
masing, yakin: Pintu utara hanya diperuntukkan untuk jalan masuk bagi para raja dan Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Rauf Tumenanga Ri Katangka. Kedua, tahun 1886
keuarganya; Pintu tengah diperuntukkan bagi pegawai kerajaan; dan pintu selatan untuk ket ka Raja Gowa ke-32, I Kumala Karaeng Lembang Parang (Sultan Abdul Kadir Muh. Aididin)
masyarakat umum. berkuasa dengan melakukan pemugaran besar-besaran, dengan bukt berupa inskripsi pada
Secara umum, bangunan Masjid Katangka lebih mencerminkan bangunan joglo (arsitektur pintu utara. Ket ga, saat Raja Gowa ke-33, I Mallingkaang Daeng Nyonri Karaeng Katangka
yang banyak berkembang di Jawa) daripada arsitektur lokal, dengan puncak atap berbentuk Sultan Idrsi Tumenang ri Kalabbiranna (memerintah 1893-1895 M) berkuasa dengan bukt
limasan. Kontruksi atap bangunan utama dari rangka kayu terdiri atas dua susun dan terpisah berupa inskripsi pada pintu selatan. Keempat, tahun 1963 dilakukan pemugaran oleh
dengan topangan empat soko guru yang berukuran cukup besar dan berdekatan jaraknya, Pemerintah RI melalui Gubernur Sulawesi Selatan. Kelima, tahun 1978-1980 kembali
terlebih dengan dinding yang tebal menjadikan kesan kokoh bangunan dan sangat berperan dilakukan pemugaran oleh pemerintah melalui Kanwil Departemen Pendidikan dan
secara kontruksi untuk stabilitas bangunan itu sendiri. Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan. Keenam, tahun 1980 dilakukan juga pemugaran olej
Arsitektur umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu: Ruang utama berbentuk segi empat Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
berbujur sangkar dengan mihrab berbentuk ceruk (setengah lingkaran). Serambi di sisi Ketujuh, tahun 2006 dan 2007 dilakukan pemugaran tanpa merubah bentuk asli oleh
t mur merupakan bangunan tambahan dari aslinya, yang ditutup dengan tembok kombinasi pengurus masjid, masyarakat sekitar, dan juga pemerintah daerah setempat. []
roster yang sekaligus sebagai vent lasi dan hiasan. Adapun pembagian ruang Masjid saat ini

