Page 1 - MASJID BAITURRAHMAN
P. 1
Masjid Raya BaituRRahMan, Banda aceh
asjid Raya Baiturahman dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Teuku Qadhi Malikul Adil. Masjid ini selesai
Hijriyah atau tahun 1612 Miladiyah. Selain Masjid Baiturahman pada masa yang pada tahun 1299 H/1881 M dengan sebuah kubah saja. Arsiteknya adalah Kapten Genie
Mhampir bersamaan, Sultan Iskandar Muda juga membangun t ga masjid lainnya Marechausse (Zeni AD) de Bruijn.
yaitu Masjid Indrapuri, Masjid Indrapurwa dan Masjid Indrapatra. Diantara ket ga masjid Tahun 1936 masjid ini diperluas oleh Gubernur Jendral A. P. H. Van Aken dengan
tersebut hanya Masjid Indrapuri yang hingga sekarang masih berdiri, dua masjid lainnya menambahkan 2 kubah di kanan-kiri kubah yang sudah ada sehingga menjadi 3 kubah.
telah hilang ditelan gelombang Tsunami pada tahun 2004. Semua masjid yang didirikan oleh Pada tahun 1958, M. Ilyas, Menteri Agama saat itu meresmikan perluasan masjid dengan
Iskandar Muda disebut Meuseujid Raya, sebutan itu mungkin karena bangunannya yang penambahan 2 buah kubah sehingga menjadi 5 kubah. Saat ini Masjid Raya Baiturrahman
besar/luas dan dibangun oleh raja atau sultan. Dari beberapa sumber diketahui bahwa menempat lahan seluas 3.500 m2 dengan tujuh kubah dan lima menara. Di halaman depan
pada awalnya Masjid Raya Baiturahman hampir sama dengan Masjid Indrapuri yang berdiri menara utama dengan ket nggian 53 meter. Masjid yang berlantai marmer buatan
didirikan pada tahun 1618 M. Italia ini dapat menampung 8.000 Jamaah. Di dalam ruangan terdapat 136 buah t ang yang
Pada tahun 1677 masa pemerintahan Sultanah Nurul Alam Naqiyatuddin Syah, Masjid dihubungkan satu dengan lainnya oleh lengkung-lengkung runcing.
Baiturrahman terbakar. Masjid dibangun kembali oleh Sultanah Naqiyatuddin Syah dan Masjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu pusat kegiatan keislaman di Aceh. Dibangun
diselesaikan pada masa Sultanah Zakiyyat uddin Syah. Masjid yang dibangun oleh Sultanah dengan pondasi masif. Ruang salat hanya satu yaitu ruang utama. Tidak ada sekat pembatas
inilah yang kemudian hari dibakar oleh Belanda. antara jamaah putra dan putri. Namun, pada bagian depan terdapat ruangan untuk pengurus
Ket ka Belanda melakukan agresinya ke Aceh, masjid ini dijadikan benteng oleh para masjid, perpustakaan dan taman Mushaf Aceh. Banyaknya t ang-t ang penyangga secara
mujahidin sehingga sempat diduduki oleh Belanda, tetapi berhasil direbut kembali oleh para otomat s menjadi pemisah antar Jamaah.
mujahidin dibawah pimpinan Teungku Imam Leung Bata. Dalam perist wa tersebut Jendral Diduga masjid ini mendapatkan pengaruh arsitektur Eropa dengan adanya t ang-t ang
Kohler tewas pada tanggal 14 April 1873. Setahun kemudian Belanda melakukan agresi bulat bergaya tuscan dihubungkan satu dengan lainnya oleh lengkung-lengkung runcing
yang ke-2 dan berhasil menduduki Masjid Baiturrahman. Sebagai pelipur lara atas tewasnya gaya Persia. Tiang-t ang sepert itu ditempatkan juga pada bagian depan (facade). Daun
Jendral Kohler Belanda kemudian membakar masjid ini pada 6 Januari 1874. pintu di bagian depan dipahat dengan mot f f ora (arabes) yang dipadukan dengan mot f
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturahman terbakar, pada pertengahan Safar 1294 H/ geometris (bintang bersudut delapan) dan mot f jalinan (interlace), dicat dengan warna
Maret 1877 M, dengan mengulangi janji Jenderal van Swieteen maka Gubernur Jenderal van hijau dan kuning.Konon warna hijau adalah warna islami, sedangkan kuning adalah ciri
Lansberge menyatakan akan membangun masjid pada lokasi Masjid Raya Baiturahman yang Melayu. Pintu dan jendela yang dipahat tembus (trawangan) dalam mot f jalinan sebagai
telah terbakar itu. Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan musyawarah dengan kepala- sarana pencahayaan dan sirkulasi udara menjadikan suasana didalam masjid menjadi lebih
kepala negeri sekitar Banda Aceh. nyaman Pintu-pintu tersebut dibalut dengan jejaring lembut untuk mencegah burung walet
Janji tersebut baru dilaksanakan oleh Jenderal Major G. J. Van Der Heiden selaku Gubernur masuk ke dalam masjid. []
Militer Aceh waktu itu. Tepat pada hari Kamsi 13 Syawal 1296 H/ 09 Oktober 1879 M,

