Page 1 - MASJID MEDAN
P. 1

Masjid raya al-Ma’shun, Kota Medan










                                                            asjid Raya Al-Ma’shun berlokasi dipersimpangan Jalan Masjid Raya dengan                                                                                                                                                 ini menghasilkan sebuah dimensi nilai bangunan yang t dak saja art st k, tetapi juga



                                                            Jalan Sisingamangaraja, Medan. Sesuai dengan namanya (Al-Ma’shun) masjid                                                                                                                                                mengandung nilai estet ka yang t nggi. Udara panas kota Medan pada siang hari, akan lenyap


                                   Mini terpelihara dan terawat dengan baik. Masjid Al-Ma’shun adalah salah satu                                                                                                                                                                    bergant  sejuk begitu kaki melangkah memasuki pintu Masjid Al- Mashun. Udara yang sejuk



                                      peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam (1873-1924) yang sangat monumental                                                                                                                                                          di ruangan masjid t dak disebabkan oleh keberadaan AC,  tetapi karena sirkulasi udara


                                      dan memiliki nilai sejarah yang sangat t nggi.Masjid dengan luas bangunan sekitar 5.000                                                                                                                                                       melalui lubang-lubang angin pada dinding masjid.



                                      m2 itu dibangun di atas lahan seluas 18.000 m2 ini membutuhkan waktu selama t ga tahun                                                                                                                                                              Di dalam ruangan masjid, pengunjung dapat menyaksikan 8 buah t ang dari batu pulam


                                      untuk menyelesaikannya, yaitu dari 1 Rajab 1324 H (21 Agustus 1906 M), sampai dengan                                                                                                                                                          berdiameter 0,60 m sebagai penyangga kubah bagian tengah. Keempat pintu utama dan 8



                                      25 Sya’ban 1329 H (10 September 1909). Digunakan untuk pertama kalinya pada tanggal                                                                                                                                                           buah jendela serambi dipenuhi ukiran yang memiliki nilai seni yang t nggi. Pengunjung akan


                                      19 September 1909. Biaya pembangunannya ditanggung sepenuhnya oleh Sultan Ma’mun                                                                                                                                                              semakin takjub ket ka melihat lukisan dan ragam hias yang memenuhi dinding bagian dalam,



                                      Al- Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang berkuasa pada waktu itu. Dengan demikian bangunan                                                                                                                                                         dari kaki dinding hingga puncak kubah.


                                      masjid yang dirancang oleh seorang tentara KNIL bernama Th, Van Erp ini telah berusia lebih

                                                                                                                                                                                                                                                                                          Mimbar tempat khat b menyampaikan khutbah terbuat dari batu marmer. Sedangkan
                                      dari 1 abad, termasuk salah satu bangunan tertua di kota Medan.
                                                                                                                                                                                                                                                                                    dikka yang ditempatkan dibelakang mimbar digunakan sebagai tempat mengumandangkan

                                            Pada masa penjajahan, umat Islam di kota Medan, sangat bersukur sebab meskipun                                                                                                                                                          adzan. Kedua mimbar yang dipenuhi berbagai macam ornamen membuat suasana ruangan



                                      wilayah kekuasaan Kesultanan Deli t dak begitu luas namun Sultan Ma’moen Al-Rasyid                                                                                                                                                            masjid ini terasa begitu mewah


                                      mampu membanguan sebuah masjid yang teramat indah dan megah untuk ukuran masa itu.

                                                                                                                                                                                                                                                                                          Masjid Raya Al-Mashun menjadi salah satu ikon kota Medan sebagai “Kota Tua” bukan
                                      Sultan Ma’moen, lebih mengutamakan kemegahan masjid dari pada istananya sendiri. Sejak
                                                                                                                                                                                                                                                                                    sekedar bangunan tua yang memiliki bentuk dan gaya, serta ragam hias yang unik, tetapi
                                      dibangun sampai saat ini, Masjid Raya Al-Ma’shun belum pernah direnovasi atau dipugar.

                                                                                                                                                                                                                                                                                    juga merupakan manifestasi ketaatan dan kepatuhan Sultan Deli dan rakyatnya kepada

                                            Menurut salah seorang pengelola masjid, Pemerintah Daerah Sumatra Utara pernah                                                                                                                                                          Tuhan Yang Maha Kuasa. Masjid ini memiliki lima buah kubah, dengan posisi d itengah dan



                                      berencana merenovasi bagian-bagian Masjid Raya Al-Ma’shun yang telah rusak dimakan usia                                                                                                                                                       di sudut-sudut bangunan. Kubah yang ukurannya paling besar ditempatkan di tengah-tengah


                                      dan perluasan agar dapat menampung jamaah lebih banyak. Namun karena ditentang oleh                                                                                                                                                           menutup ruang utama, dikelilingi empat buah kubah yang berukuran lebih kecil menutupi



                                      banyak kalangan yang mengkhawat rkan nilai-nilai seni dan gaya arsitektur asli bangunan ini                                                                                                                                                   ruang penampil pada keempat sudut bangunan menjadikan arsitektur masjid ini menjadi


                                      akan hilang, akhirnya pemerintah daerah hanya menambah sarana penunjang masjid, sepert                                                                                                                                                        semakin art st k.



                                      penambahan tempat wudu wanita pada tahun 1980.
                                                                                                                                                                                                                                                                                          Selain itu masih ada ornament bulan sabit yang sering dimaknai sebagai simbol dakwah

                                            Dengan memperhat kan secara seksama bentuk bangunan masjid tersebut, pengunjung                                                                                                                                                         Islam yang damai. Oleh karena itu aura Masjid Raya Al-Ma’shun sebagai bangunan bersejarah



                                      akan mendapatkan kesan bahwa gaya asitektur Masjid Raya Al-Ma’shun merupakan                                                                                                                                                                  sangat pent ng,  para pengunjung akan mendapatkan suguhan yang sangat menarik


                                      perpaduan arsitektur bergaya Timur Tengah, India, Spanyol, dan Melayu. Perpaduan                                                                                                                                                              menyaksikan pemandangan yang indah dan megah yang usianya lebih dari satu abad itu. []
   1