Page 1 - MASJID TANAH DATAR
P. 1
Masjid raya liMa KauM, tanah datar
asjid Raya Lima Kaum berlokasi di Nagari Lima Kaum, tepatnya di Balai Sariak, Arsitektur Masjid Raya Lima Kaum pada umumnya dipengaruhi oleh gaya arsitektur
Jorong Tigo Tumpuak Nagari Limo Kaum, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Minangkabau, berdenah segi empat dengan atap tumpang. Atap bert ngkat (tumpang) lima
MTanah Datar, sekitar 40 meter dari Jalan Raya Batu Sangkar, Padang Panjang. dari seng dengan kemiringan yang terjal disesuaikan dengan daerah beriklim tropis sepert
Pertama kali dibangun pada pertengahan abad ke-17, di Jorong Balai Batu dan merupakan Minangkabau. Atap yang curam dan terjal ini lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah.
bangunan sederhana beralaskan batu tanpa dinding dan atap, dalam bahasa Minangkabau Diantara set ap t ngkatan atap terdapat celah untuk pencahayaan dan sirkulasi udara,
dijuluki dengan baaleh batu, badindiang angin, baatok langik. Dua puluh lima tahun sementara pada t ngkatan teratas terdapat kubah segi delapan dengan jendela kaca pada
kemudian dibangun masjid penggant di daerah Jorong Tigo Tumpuak, tetapi bangunan ini set ap sisinya.
t dak bertahan lama sekitar 35 tahun. Karena kapasitas masjid t dak lagi memadai, maka Di dalam ruang utama terdapat sejumlah t ang dari kayu, t ang utamanya berdiameter
pada tahun 1710, dibangun masjid ke t ga di atas lokasi sebuah pagoda yang telah lama 75 cm dan t ngginya mencapai 55 m. Tiang utama dibungkus tripleks sehingga membentuk
dit nggalkan penganutnya karena masuk Islam. Bangunan masjid itulah yang kini dikenal segi delapan yang di dalamnya terdapat tangga naik ke bagian puncak berbentuk spiral atau
sebagai Masjid Raya Lima Kaum. melingkar ke arah kiri. Pada dinding ruang utama terdapat beberapa jendela, enam di sisi
Pembangunan masjid ini mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat, alim ulama utara dan selatan ditambah empat di sisi barat dan t mur. Dinding tersebut berupa papan,
serta para cendikiawan di bawah komando Datuak Bandaro Kuniang. Beliau mengeluarkan begitu pula dengan lantai; kecuali lantai pada bagian mihrab yang telah digant dengan
instruksi yang dikenal dengan ist lah “Bak Jawi Hilang Ka Sumpu”. Art nya bagi masyarakat keramik.Meski telah beberapa kali mengalami perbaikan, dinding dan lantai tersebut hingga
yang t dak mau ikut dalam pembangunan masjid ini maka jawi/ternak mereka akan di saat ini masih terbuat dari papan, begitu pula dengan t angnya dari kayu. Di sudut Tenggara
ambil untuk makan bersama dalam bergotong royong. Bangunannya terbuat dari kayu ruang utama terdapat bedug atau tabuah dalam bahasa Minang dari pohon kelapa, panjang
yang dikumpulkan oleh masyarakat selama satu tahun dari bukit Sangkiang sampai bukit 220 cm dengan berdiameter 27 cm dan 60 cm.
Dadieh Talago Gunuang, Sementara atapnya yang semula dari ijuk telah digant dengan seng. Di sebelah t mur atau di bagian depan terdapat serambi berupa ruangan yang tertutup
Dalam perkembangan selanjutnya, masjid ini telah mengalami beberapa kali perbaikan yang dinding dan kaca, pondasi dari beton dengan pintu masuk di sisi utara dan selatan. Selain
dilakukan secara swadaya, termasuk perbaikan dan pelebaran mihrab, pembuatan serambi, sebagai ruang peralihan, serambi itu juga difungsikan sebagai tempat belajar Al-Qur’an
perbaikan dan pemasangan kaca pada jendela, penggant an bilah-bilah papan yang telah dan tempat penit pan alas kaki. Pada bagian atas serambi terdapat menara berdenah segi
rapuh, dan pembuatan loteng. delapan dengan dua jendela kaca di set ap sisinya dan dimahkotai kubah berbentuk susunan
buah labu yang mengerucut ke atas.

